Jumat, 12 Maret 2021

Kisah Anak Berandalan Yang Sukses Menjadi Peternak Sapi



Kehidupannya kelam, pernah mendekam di balik jeruji besi tak lantas membuat hidup Ana Gugum (39) hancur dan tidak punya masa depan. Lelaki yang akrab disapa Apep itu dikenal sebagai pemasok sapi berskala nasional.

Apep menghabiskan masa remajanya dengan menjadi seorang berandal. Akibat dari kenakalan remaja yang kerap dilakukannya, akhirnya Apep dijebloskan ke bui.

Setelah keluar dari penjara, sang ayah terpaksa menitipkan Apep ke adiknya untuk dididik sekaligus berdagang daging di Pasar Sederhana, Kota Bandung pada tahun 2000. 

"Saat itu saya berusia 18 tahun, saat remaja saya hanya gemar balap motor dan alkohol, kemudian saya dialihkan ke Bandung untuk berdagang," kata Apep.

Pada 2003, Apep kemudian nekat untuk menyewa jongko sendiri. Ia mendapatkan stok daging dari koleganya, usahanya berjalan dengan cepat.

Pada 2005, Apep kemudian bekerja menjadi buruh rawat sapi (maro). Ia merawat 10 ekor sapi yang dipinjamkan kenalannya dari Balai Inseminasi Bibit (BIB) Lembang.

"Saat itu saya belum punya kandang, nekat saja, akhirnya saya terpaksa memasukkan sapi itu ke dalam rumah, tinggal bersama saya dan anak. Sapi saya simpan di dapur," kata Apep.


Kehidupan itu telah ia jalani selama dua tahun. Sampai akhirnya ia memenangkan kontes ternak. Ia pun mencoba peruntungan dengan menjual hewan kurban.

"Dari sana saya mulai termotivasi untuk mengembangkan peternakan," katanya.

Usaha suplai sapi Apep mulai berjalan ketika ia bertemu dengan pengusaha pembibitan sapi perah betina di Sukabumi. "Saya suplai ratusan ekor, tapi karena perusahaannya bangkrut, akhirnya saya yang menutupi pemesanannya, dan berlanjut hingga sekarang," ujarnya.

Saat ini, di peternakannya ada 150 ekor sapi berbagai jenis. Ia biasa mengirimkan ratusan sapi ke berbagai wilayah di Indonesia.

"Kalau lagi musim kurban begini bisa kirim 500 ekor, dengan harga mulai dari Rp 20 juta," katanya.


Terima kasih telah berkunjung ke blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar