Jumat, 12 Maret 2021

Kisah Boy Thohir Si Calo Tanah Yang Menjadi Konglomerat Di Indonesia


Boy Thohir adalah salah satu konglomerat di Indonesia yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Adaro Energy Tbk (ADARO). Sebelum sesukses sekarang, kakak dari Erick Thohir ini pernah menjadi calo tanah, dan sempat tak mendapat izin dari Ayahnya, Mochamad Teddy Thohir untuk menjadi pegawai.

Perjalanan bisnisnya bermula ketika Boy pulang dari Amerika Serikat (AS) setelah menyelesaikan pendidikannya hingga meraih gelar master. Sebagai lulusan universitas luar negeri, Boy ingin bekerja di perusahaan bonafit, seperti Citibank, American Express dan IBM.

Tetapi keinginannya itu dilarang. Hingga akhirnya pada tahun 1991 dia berkeinginan untuk mendirikan bisnis properti. Idenya itu muncul lantaran dia tahu bahwa akan ada pembangunan jalan yang menguhubungkan Saharjo dengan Kuningan. Boy pun ingin mendirikan sebuah gedung yang hendak dia sewakan.

(Baca juga : sukses jualan properti, office boy mendadak kaya)

Pada akhirnya dia dibawa ayahnya menemui petinggi-petinggi Astra Internasional saat itu, seperti Theodore Permadi Rachmat dan Edwin Soeryadjaya. Boy diminta untuk mempresentasikan pemikirannya tentang peluang bisnis properti di wilayah yang kini menjadi kawasan Kasablanka.

Proposal Boy pun di terima, dia diminta untuk membebaskan lahan seluas 20 ha. Namun dikarenakan kondisi perekonomian pada saat itu sedang terganggu, dia hanya bisa membebaskan lahan seluas 3 ha.

Lambat laun boy mencoba mulai terjun ke dunia bisnis batu bara. Usai menutup dalam-dalam citanya menjadi pebisnis properti, Boy pun menerima proposal bisnis batu bara di Sawahlunto dari rekan ibunya, pemilik PT Allied Indo Coal.

Awalnya Boy hanya diberikan 20 persen saham di PT Allied Indo Coal. Perusahan tersebut performanya kurang baik, apalagi batu bara saat itu masih belum banyak diminati.

Singkat cerita, Boy pun memutuskan untuk mendirikan PT Wahana Ottomitra Multiartha (WOM FInance). Ia menggunakan uang pribadinya sebesar Rp5 miliar untuk modal dan Rp5 miliar lagi dari Ometraco. Selain itu, ia juga meminjam dana dari bank sebesar Rp50 miliar. Boy mendapatkan keuntungan besar dari WOM Finance.

Boy memanfaatkan uang itu dengan mendirikan sebuah konsorsium bersama Theodore Permadi Rachmat, Sandiaga Uno, dan Benny Subianto buat membeli saham Adaro dari perusahaan Australia, New Hope.

Hingga pada tahun 2008, Adaro muncul di bursa saham dengan mengusung produk andalan yaitu batu bara ramah lingkungan. Adaro pun sukses dan tercatat sebagai salah satu dari 50 perusahaan terbaik versi Forbes tahun 2018.

Terima kasih telah membaca dan berkunjung ke blog saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar