Minggu, 07 Maret 2021

Usaha Keripik Kentang Omset 50 Juta Per Bulan


Fifin Supriyanti adalah seorang mantan bankir swasta memilih memutuskan kontrak dan menjadi seorang wirausaha. Dia memilih untuk melanjutkan usaha dagang keripik kentang yang sudah dibangunnya.

"Dulunya saya bekerja di perusahaan perbankan swasta. Usaha keripik kentang ini awalnya hanya hobi. Setiap ada arisan dan lebaran, saya nembuat keripik kentang. Ternyata banyak peminat dan teman-teman terus memesan. Semakin hari semakin banyak. Akhirnya kenapa tidak dicoba untuk usaha saja," ujarnya.

Fifin membangun usaha Kriken yang merupakan singkatan dari keripik kentang pada 2017. Pada Agustus 2019, dengan alasan harus fokus, ia memutuskan resign dari pekerjaannya. 

Jenis kentang kecil digunakan oleh Fifin dalam bisnisnya. Awalnya ia melihat banyak yang menjual keripik kentang. Ia berpikir bagaimana agar ada ciri khas dan memilih kentang berukuran kecil. Setelah di goreng, bentuknya seperti koin.

(Baca juga : bisnis jamur tiram, untung 120 juta per bulan)

Ciri khas dari kriken yaitu digoreng dengan kering. Varian rasanya ada balado, original dan teri. Dari awalnya coba-coba, per bulan ia bisa produksi 800 kilo kentang dari semua varian.

Kriken saat ini dijual di platform pasar online seperti Shopee, Bukalapak dan Instagram. Tidak main-main, penikmat keripik kentang milik Fifin sudah sampai Belanda dan Australia. Katanya, media sosial sangat membantu. Ia mempelajari marketing lewat media digital ini sendiri.

Fifin mengatakan, berapa pun pemesan, ia akan mengusahakan karena katanya berjualan tidak boleh memilih. Semuanya rezeki. Terakhir, ada yang memesan 100 kilo kentang. Katanya, satu atau banyak akan diakomodir.

Cita rasa Kriken dijelaskan Fifin yaitu perpaduan dari rasa pedas, manis, asin dan kriuk. Rasa pedas dari keripik kentang ini juga bisa dikonsumsi oleh anak-anak.

"Saya memilih nama Kriken gampang diingat yaitu keripik kentang. Ada dua ukuran saya jual. Ada 500 gram Rp 55 ribu dan 250 gram Rp 27.500. Kalau soal omset alhamdulillah sekitar Rp 30 sampai 50 juta perbulan," katanya.

Awal produksi, ia mengakui sempat kesulitan mencari bahan baku karena kentang kecil termasuk langka. Saat ini, ia bisa mendapatkan kentang segar di Pasar Induk, Tuntungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar