Pada umumnya kehidupan seorang petani masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini dikarenakan bertani identik dengan pekerjaan kasar, kotor-kotoran, ataupun penghasilan rendah. Sehingga banyak generasi muda yang tidak ingin bekerja sebagai petani.
Namun kondisi ini sekarang telah berubah. Beberapa anak muda yang terjun ke sektor pertanian berhasil membuktikan bahwa sektor pertanian ternyata bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan.
Mardiana, seorang agropreneur komoditas jamur tiram asal Maros, Sulawesi Selatan. Ia menyebutkan saat ini bisnis budidaya dan pengolahan jamurnya sudah menghasilkan omzet RP 90 hingga Rp 120 juta setiap bulannya.
Usaha jamur tiram Mardiana telah berlangsung selama sembilan tahun. Tiga tahun pertama, ia sempat kesulitan menembus pasar Makassar. Pada awalnya, pasar di sana belum menyambut positif produk jamur tiram yang dihasilkannya. Hal ini ini disebabkan karena bagi mayoritas masyarakat Makassar pada saat itu berpendapat jika jamur masih identik dengan racun.
(Baca juga : jualan cilok raup untung ratusan juta rupiah)
Namun Mardiana tidak menyerah. Ia meyakini jika potensi untuk mengembangkan pasar jamur di Makassar masih sangat besar. Apalagi jamur sudah menjadi komoditas populer di Jawa dan Bali.
Pada tiga tahun pertama Mardiana fokus untuk membangun pasar bagi produknya. Berbagai strategi pemasaran dijalankan Mardiana agar jamur merang bisa diterima oleh masyarakat.
Kini usahanya pun berbuah manis. Lima tahun terakhir, permintaan jamur Mardiana kian membludak.
"Saat ini produksi kami dua hingga tiga ton per bulan. Itu pun belum bisa memenuhi permintaan pasar. Padahal kami sudah bermitra dengan 30 petani. Jadi peluang untuk meningkatkan kapasitas bisnis masih sangat terbuka," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar