Sabtu, 06 Maret 2021

Sukses Budidaya Jahe Merah Dan Kunyit


Seorang pria bernama M. Hadi atau lebih akrab disapa Hadi semula hanyalah seorang terapis di salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta. Ketidakpuasan terhadap pekerjaannya tersebut telah menggugah hasratnya untuk mencoba membudidayakan tanaman herbal.

Prospek usaha budidaya tanaman herbal menurutnya sangat bagus karena pada era sekarang ini banyak orang yang bijak dalam memilih produk yang aman bagi kesehatan dan ramah terhadap lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru, selain itu dengan mengkonsumsi obat alami dari tanaman herbal juga tergolong murah.

Pada awal memulai usaha tersebut, sebelumnya Hadi memperkaya informasi seputar tanaman herbal. Pria kelahiran Jepara, Jawa Tengah,  6 Februari 1971 ini memulai usaha budidaya tanaman herbal seperti jahe merah, kunyit, temulawak, temu putih, empon-empon dan lain-lain sejak tahun 2005. Saat itu ia merogoh kocek sekitar Rp 10 juta untuk membeli bibit tanaman dan peralatan seperti cangkul, gembor serta perlengkapan budidaya seperti pupuk kandang dan sekam.

Untuk lahan budidaya sebelumnya telah ia miliki di kawasan Ciseeng, Parung dan Jonggol, Bogor Jawa Barat. “Keseluruhan luasan lahan adalah 4 Ha. Sebanyak 2,5 Ha ditanam jahe merah, budidaya kunyit luasnya sekitar 500 m2 dan sisanya untuk lahan pelatihan tanaman herbal serta untuk tanam bergilir antara kunyut dan jahe merah,” jelas Hadi.


Hadi membudidayakan beberapa tanaman herbal seperti kunyit, jahe merah, temulawak, temu putih, dan lain-lain. Masing-masing jenis tanaman tersebut memiliki manfaat tertentu, misalnya kunyit biasa dipakai sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bumbu masak, peternakan, dan lain-lain. Rimpang tanaman kunyit bermanfaat sebagai anti inflamasi (menghentikan pendarahan), anti oksidan, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, sebagai pembersih darah, dan sebagainya. 

Produk yang dijual Hadi berupa rimpang (umbi) segar dari tanaman kunyit dengan variasi harga tergantung grade atau tingkatan kualitas. Misalnya kunyit terdiri dari tiga grade. Grade 1 yaitu kunyit yang tergolong besar berukuran sekitar 5 gram/pcs, yang dijual seharga Rp 12 ribu/kg. Untuk kunyit Grade I digunakan Hadi untuk membuat produk olahan minuman herbal sendiri, namun tak jarang pula ada permintaan untuk kunyit grade ini.


Selanjutnya yaitu kunyit dengan Grade II kira-kira berukuran 3 gr/pcs, dan biasanya permintaan untuk kunyit ini datang dari industri pembuatan jamu di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Harga yang dipatok Hadi untuk kunyit Grade II Rp 6-7 ribu/kg. Dan yang terakhir yaitu kunyit Grade III, terdiri dari rimpang kecil yang dipasarkan ke pasar-pasar tradisional. Untuk kunyit jenis ini Hadi membandrolnya seharga Rp 3 ribu/kg.  Atas penjualannya ini, Hadi pun telah berhasil mendapatkan keuntungan 3 kali lipat dari modal awal menjadi Rp 30 juta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar