Rabu, 17 Maret 2021

Kisah Sukses Bebek Goreng Pak Ndut


Bisnis ini berawal dari warung makan kecil di depan rumah pemiliknya, yaitu Sri Sabianti yang berdiri di kota solo sejak tahun 1997. Memulai usaha dengan menjual berbagai jenis makanan, seperti gado-gado, ayam bakar, ayam goreng, sate, dan bebek goreng. Namun menu makanan yang paling laku dibeli adalah bebek goreng dan ayam.

Setelah laku keras, Sri Sabianti memiliki ide untuk membuka warung makan bebek goreng.Warung kecil tersebut dimulai dengan dua meja dan kursi makan milik pribadi. Sedangkan untuk nama Bebek Goreng Pak Ndut dipilih karena suami sang pemilik memiliki tubuh yang gendut. 

Waktu berjalan, bebek goreng pun mulai melebarkan sayapnya menjadi sebuah perusahaan, yaitu PT Indo PD Mandiri.

Tahun 2002 menjadi batu loncatan pertama untuk bisnis ini. Agus Ahmadi, anak sang pemilik yang meneruskan bisnis orangtuanya, memutuskan tidak melanjutkan bekerja sebagai TKI di Korea dan kembali ke Indonesia. Agus Ahmadi mulai membangun manajemen dan meminta kepada sang ibu untuk membesarkan warung bebeknya.

“Saya sempat menemui kendala karena ibu merasa sungkan dengan tetangga sekitar rumah. Dua tahun kemudian baru mendapat persetujuan. Warung kecil di depan rumah saya perluas hingga ke ruang tamu. Bahkan seluruhnya sudah menjadi warung makan. Hanya menyisakan satu kamar untuk bapak dan ibu, karena beliau tidak ingin pindah rumah,” ujar Agus.

Pada 2009, ketika satu rumah sudah menjadi warung makan, banyak pelanggan yang meminta untuk membuka cabang pertama. Saat itu, karena tidak mengetahui bagaimana cara mengelolanya, ia banyak membaca buku terkait bisnis tersebut.


Agus mulai berani membuka franchise untuk usaha bebek gorengnya. Berbagai kendala ia temui seperti franchise yang tidak menjaga SOP pusat. Ada juga masalah transportasi dalam upaya mengirim bebek, di mana setiap pengiriman tersebut harus sampai di tujuan maksimal tiga hari. Semua pasokan bebek dan bumbu dikirim dari kantor pusat 3 kali dalam seminggu sebanyak 1.500 potong per hari untuk semua outlet.

Bebek-bebek dibeli dari para peternak bebek di wilayah Jawa Timur, dipilih bebek yang sudah tidak bertelur dengan umur sekitar 1,5 sampai 2 tahun. Untuk pendistribusiannya, terdapat lima koordinator yang akan diaudit kinerjanya setiap setahun sekali. Selain itu, untuk menjaga standar mutu, perusahaan sedang membangun Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berstandar nasional.

Untuk menjaga kelangsungan bisnisnya, perusahaan memperkuat sistem.  “Target kami dapat mengontrol dari hulu ke hilir, dari peternak sampai konsumen akhir. Keamanan supplai, SOP harus ditaati franchise untuk mejaga kekuatan brand,” ucap Agus.

Sekarang Agus telah memiliki outlet ke 54. Tiga outlet dikelola pusat, yaitu di Solo, Kartosuro, dan Balikpapan. Sedangkan sisanya merupakan franchise yang tersebar di seluruh Indonesia seperti pulau Jawa, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, dll. Selain itu, juga terdapat satu outlet di Singapura.


Bebek Goreng Pak Ndut menyajikan menu yang sangat variatif seperti bebek sangan, bebek lada hitam, dan bebek asam manis. Dari semua menu, hampir 70 persen yang paling sering dibeli adalah bebek sangan, yaitu bebek yang disangrai atau digoreng tanpa minyak dengan penggorengan tanah. Dalam penentuan harga, ia menyesuaikan dengan lokasi outlet. Pada wilayah Jawa Tengah kisaran harga makanannya Rp 16 ribu-Rp 19 ribu, di Jabodetabek dan luar Jawa bisa mencapai Rp 21 ribu-Rp 30 ribu.

“Dari semua gerai, yang paling laris di Kalimantan Timur. Daya beli di sana tergolong tinggi dan banyak pendatang. Kami memiliki 3 outlet disana, yaitu satu di Balikpapan dekat Bandara Sepinggan dan dua di kota Samarinda,” kata Agus.

Terima kasih telah mengunjungi blog saya, semoga artikel ini bisa bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar